Sejarah
Percetakan Al-Qur’an di Barat
A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kalam Allah
yang diturunkan kepada rasul-Nya Muhammad saw. Tujuan diturunkannya al-qur’an ialah supaya umat manusia bisa mengetahui siapa
Tuhan yang sebenarnya. Disamping itu Allah ingin menunjuki umat ini ke jalan yang lurus sesuai
dengan petunjuk-Nya yang ada dalam al-Qur’an. Al-Qur’an adalah satu-satunya
kitab samawi yang tidak ada perubahan dan penyimpangan makna di dalamnya, kitab
yang diyakini oleh umat islam sebagai kitab pedoman yang kekal abadi sampai
hari kiamat. Lain halnya dengan kitab-kitab samawi sebelumnya, seperti Zabur, Taurat dan Injil. Ke-tiga kitab ini
sudah banyak mengalami perubahan dan maknanya pun sudah banyak yang diselewengkan oleh
pemeluknya. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا
مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى
أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ
أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya
mereka Berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau
menurutinyadan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu
Sebenarnya tidak mendengar apa-apadan (mereka mengatakan) : "Raa'inadengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan :
"Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami",
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk
mereka, Karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat
tipis.(QS An-nisa: 4: 46 )
Ayat di atas dengan tegas mengatakan bahwa orang-orang
Yahudi telah mengubah isi kitab mereka sendiri, tidak seperti al-Qur’an yang
keotentikannya tetap terjaga sampai sekarang. Inilah salah satu bentuk kemu’jizatan
al-Qu’an dan juga kebenaran janji Allah yang akan selalu memelihara kitab
suci-Nya ini baik dari Tahrif dan Tabdil. Allah berfirman:
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُون
Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya (Q.S Al-Hijr :15 : 9)
Ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an
benar-benar telah dijaga oleh Allah dari berbagai macam penyimpangan. Baik dari segi bahasa maupun huruf-hurufnya. Sebagai orang beriman kita
harus percaya bahwa al-Qur’an ini sudah final daari berbagai macam aspeknya.
Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur dalam tempo kurang lebih dua puluh tiga tahun, sepuluh tahun di
Makkah dan tiga belas tahun di Madinah. Dalam proses pewahyuan, al-Qur’an
diturunkan dalam bentuk bahasa Arab baik dari segi makna maupun lafadznya.
Sebagaimana diketahui bahwa nabi adalah seorang ummi dalam artian, tidak bisa
membaca dan menulis. Ketika al-Qur’an diturunkan, Nabi langsung memanggil para
sahabat unntuk menulis wahyu tersebut. Tentu pada masa itu masih belum ada
mesin cetak, sehingga para sahabat terpaksa menulis diatas Pelepah kurma,
tulang belulang, kulit binatang dan sebagainya.
Perkembangan pembukuan al-Qur’an semakin pesat
dari masa ke masa, mulai dari pengumpulan tulisan milik sahabat pada masa khalifah Abu Bakar ra. sampai pembuatan mushaf
pertama pada masa khalifah Utsman Bin Affan. Mulai dari penulisan
dengan tangan hingga sampai pada masa percetakan.
Sejarah
percetakan al-Qur’an di dunia kurang mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari minimnya buku yang
membahas tentang sejarah percetakan al-Quran ini. Muzaffar Iqbal, kontributor dalam Encyclopedy of Quran, mengatakan
bahwa peranan tokoh muslim dalam membahas hal ini hanya berkisar 20% sedangkan
80% sisanya adalah sarjana-sarjana barat. Pembahasan tentang percetakan ini amat sulit
ditemui dalam referensi-referensi ulumul qur’an, meskipun ada itu hanya potongan
atau segelintir saja. Informasi
mengenai hal tersebut seperti dalam buku Subhi as-Shalih Mabaahits fii Uluum
al-Qur’an hanya memaparkan sedikit informasi tentang percetakan al-Qur’an
dan tidak dilengkapi dengan penjelasan yang detail.
Hamam Faizin,
dosen UIN Syarif Hidayatullah, dalam satu kesempatan mengungkapkan alasan
mengapa para sarjana Ulum al-Quran
tidak terlalu fokus pada pembahasan percetakan ini. Menurut beliau para sarjana
muslim tampaknya lebih serius membahas sejarah teks al-Qur’an baik mengenai
penulisan, kodifikasi maupun qira’at, guna
menjaga keotentikan al-Qur’an.Para sarjana menganggap percetakan tidak terkait
dengan masalah otentitas sehingga mereka tidak terlalu
mempermasalahkannya.
Pada dasarnya,
pembicaraan mengenai percetakan ini pun perlu untuk dikaji. Dengan mengetahui sejarah percetakan, seorang dapat memahami motif apa yang
ada dibalik percetakan tersebut. Dan
dengannya kita dapat memahami dan mengetahui secara pasti akan keotentikan
kitab suci yang sampai ke tangan kita saat ini.
Berbicara mengenai percetakatan al-Qur’an ini, maka kita tidak akan pernah
lepas dengan Barat. Karena dibaratlah untuk pertama kalinya dilakukan
percetakan ini. Sehingga pembahasan tentang percetakan akan terkait erat dengan
sejarah percetakan al-Qur’an di Barat. Pada kesempatan kali ini, penulis akan
mencoba untuk sedikit mengulas tentang sejarah percetakan al-Qur’an di barat.
Penulis amat
menyadari bahwa dalam penulisan ini akan banyak didapati kesalahan dan
kekurangan disebabkan minimnya referensi dan intelektual penulis sendiri. Karena itu, kritik dan saran amat penulis
harapkan demi kebaikan di masa yang akan datang.
B.
Percetakan
Awal al-Qur’an
Sebenarnya jauh sebelum al-Qur’an di cetak
dengan menggunakan tulisan arab, al-Qur’an telah di terjemahkan ke dalam
beberapa bahasa Eropa. Terjemahan al-Qur’an lengkap yang pertama ialah dengan
menggunakan bahasa latin. Terjemahan ini dilakukan di Toledo oleh Robert of
Ketton[1]
atas permintaan Peter the Venerable, kepala biara Cluny.
Sebagaimana telah didapati
informasi dari berbagai sumber yang mengatakan bahwa Al-Qur’an dicetak untuk
pertama kalinya di Venisia[2].
Orang yang pertama kali mencetak al-Qur’an adalah Paganino dan Alessandro
Paganini (1537 / 1538 M) namun, al-Qur’an yang dicetak oleh mereka berdua tidak
diketahui keberadaannya akan tetapi copy dari Qur’an yang di cetak di venisia ini ditemukan di perpustakaan
Fransiscan Friars of San Michele di Isola, Venisia oleh seorang sarjana Itali, Angelina Nouvo.[3]
Percetakan
yang dilakukan oleh paganino dan Paganini ini bertujuan untuk di ekspor ke
kerajaan turki usmani, tetapi orang-orang usmani tidak mau menerima al-Qur’an
tersebut disebabkan beberapa alasan. Diantaranya:
1. Orang-orang turki usmani meyakini bahwa al-Qur’an hanya boleh disentuh oleh
orang-orang yang suci (Islam), sedangkan Paganino dan Alessandro Paganini
adalah orang kafir (Non-Muslim).Bahkan Jean Bodin (1530-1596) menyatakan dalam
salah satu karangannya yaitu Colloquium Heptaplomeres bahwa orang-orang
turki usmani memotong tangan kanan Alessandro dan merusak seluruh cetakannya.
2.
Al-Qur’an yang
dicetak di Venisia ini memiliki banyak kekurangan atau kesalahan
yang dapat mengurangi makna al-Qur’an.[4]
C.
Percetakan
Al-Qur’an di Hamburg
Percetakan al-Qur’an selanjutnya
dilakukan di Hamburg oleh Abraham Hinckelmann pada tahun 1694. Empat tahun
selanjutnya percetakan ini diikuti dengan adanya percetakan al-Qur’an
edisi teks arab lengkap dengan tejemah dalam bahasa latin oleh Ludovico Marcaci.
Al-Qur’an ini diberi nama Alcuranus Textus Universus.
Menurut Gustav Flugel, kebanyakan al-Quran yang dipakai adalah edisi Arab. Hal
ini pertama kali nampak pada tahun 1843
kemudian diikuti dengan penerbitan pada tahun 1841, 1855, 1867, 1870, 1881 dan
1893. Al-Qur’an edisi ini telah banyak digunakan oleh sarjana barat sampai diproduksi
teks yang baru di Dunia Islam setelah Perang Dunia I.[5]
D.
Percetakan AL-Qur’an di St. Petersburg
Percetakan al-Qur’an edisi St.
Petesrburg mendapat perlindungan dari Ratu Chaterina II. Percetakan ini di
lakukan pada tahun 1787, 1789, 1790, 1793, 1796 dan 1798. Menurut Sarkis, pada tahun 1801
terjadi percetakan al-Qur’an
pertama di Volga, Kazan. Sedangkan menurut Schnurrer, percetakan itu terjadi
pada tahun 1803. Perbedaan pendapat ini mungkin terjadi karena penemuan mesin
cetak oleh Tsar Pavel I pada tahun 1801. Dan pendapat yang lebih tepat ialah
pendapat yang pertama. Perpustakaan Princeton University menyebutkan bahwa
cetakan ini diterbitkan oleh Tabkhānah-yi Sayyidāt-i Kazān.
Semenjak 1842, percetakan di St. Petersburg dilakukan setiap tahun dengan
menggunakan mesin cetak yang berbeda-beda. Motif al-Qur’an percetakan tersebut seperti motif percetakan yang ada di Asia dan percetakan milik Rahīmjān Saīd Ugli. Pada tahun 1905, di St. Petersburg telah di cetak
al-Qur’an dengan ukuran yang besar untuk ditunjukkan kepada Pemerintah pada
saat itu.[6]
E.
Percetakan Al-Qur’an di London
Selain di Venisia, Hamburg dan St. Petersburg, al-Qur’an juga di cetak di
London, Inggris, yaitu pada tahun 1833 dan diikuti tahun 1871 dan 1875. Hal ini
sesuai dengan al-Qur’an yang ada di Perpustakan Harvad University, Amerika.
Al-Qur’an yang ada di sini yaitu al-Quran cetakan London tahun 1845 dan 1848.[7]
F.
Percetakan Al-Qur’an di Leipzig
Al-Qur’an
dicetak dan diterjeamhkan oleh orientalis jerman yang bernama Gustav Flugel
dengan judul Corani Texn Arabicus pada tahun 1834 di Leipzig. Pada cetakan kali
ini dilengkapi dengan pedoman penggunaan. Cetakan edisi leipzing ini dikenal
juga dengan Fugel Edition.
Al-Qur’an terjemahan Flugel ini menjadi dasar
bagi penelitian al-Qur’an berikutnya dan menjadi dasar sejumlah terjemah ke
dalam bahasa eropa yang lain. Edisi ini dicetak lagi pada tahun 1841, 1855,
1867, 1870 dan 1893. Para sarjana barat menggunakan al-Qur’an cetakan Leipzig
ini hingga percetakan tersebar sampai ke
dunia islam secara luas yaitu hingga akhir Perang Dunia I. Namun,
al-Qur’an edisi ini masih memiliki banyak kekurangan terutama pada sistem
penomoran surat.
Tulisan ini
disusun oleh:
Abdul Halim : 11531002
Muhammad Anshari : 11531005
Muhammad Amin : 11531030
Mahasiswa Jurusan Tafsir
Hadits kleas A. Fakultas Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Sejarah Al-Qur’an yang di ampu
oleh Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin.
REFERENSI
Departemen Agma RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung:
PT Syaamil Cipta Media.2005.
McAuliffe, Jane Dammen
dkk. Encyclopedia of the Qur’an. Brill. Leiden-Bostom: 2004.
Dijk, Arjan Van. Early
Printed Qur’ans: The Dessimmination of the Qur’an in the west. Dalam
Journal of Qur’anic Studies, Vol. 7 No: 2, 25 oktober 2005.
Asy-Ayaikh, Syekh Shalih Bin Abdul Aziz Bin Muhammad Ali.Tathawwur Al-Kitab Al-Mushaf
Asy-Syarif wa Thiba’ati. Di akses dari http:// www. Qurancomplex.org. di
unduh pada tanggl 26 Februari 20012.
[1] Dia adalah seorang
sarjana berkewarganegaraan Inggris.
[2] Sarjana arab menyebutnya
dengan nama Al-Bunduqiyyah. sebagai contoh bisa di lihat di kitab Tathawwur
Al-Kitab Al-Mushaf Asy-Syarif wa
Thiba’ati karya Syekh Shalih Bin Abdul Aziz Bin Muhammad Ali asy-Ayaikh,
hlm. 19.
[3] Arjan Van Dijk, Early Printed Qur’ans: The
Dessimmination of the Qur’an in the West. Hlm. 1. Dalam Journal of Qur’anic Studies, Vol. 7 No: 2,
25 oktober 2005
[4] Arjan Van Dijk,Early Printed Qur’ans: The Dismsemenation of Qur’an in the West, hal. 2. Dalam Journal of
Qur’anic Studies, Vol. 7 No: 2, 25 oktober 2005.
[5] Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia
of the Qur’an,( Brill, Leiden-Bostom: 2004), hlm 265.
[6] Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia of the Qur’an, hlm.
266.
[7] Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia of the Qur’an, hlm.
thanks infonya
BalasHapus