20120327

Sejarah Singkat Percetakan Al-Qur'an di Barat

                                    Sejarah Percetakan Al-Qur’an di Barat

A.  Pendahuluan

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya Muhammad saw. Tujuan diturunkannya al-qur’an ialah supaya umat manusia bisa mengetahui siapa Tuhan yang sebenarnya. Disamping itu Allah ingin menunjuki umat ini ke jalan yang lurus sesuai dengan petunjuk-Nya yang ada dalam al-Qur’an. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab samawi yang tidak ada perubahan dan penyimpangan makna di dalamnya, kitab yang diyakini oleh umat islam sebagai kitab pedoman yang kekal abadi sampai hari kiamat. Lain halnya dengan kitab-kitab samawi sebelumnya, seperti  Zabur, Taurat dan Injil. Ke-tiga kitab ini sudah banyak mengalami perubahan dan maknanya pun  sudah banyak yang diselewengkan oleh pemeluknya.  Firman Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya mereka Berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinyadan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu Sebenarnya tidak mendengar apa-apadan (mereka mengatakan) : "Raa'inadengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, Karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.(QS An-nisa: 4: 46 )

            Ayat di atas dengan tegas mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah mengubah isi kitab mereka sendiri, tidak seperti al-Qur’an yang keotentikannya tetap terjaga sampai sekarang. Inilah salah satu bentuk kemu’jizatan al-Qu’an dan juga kebenaran janji Allah yang akan selalu memelihara kitab suci-Nya ini baik dari Tahrif dan Tabdil. Allah berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُون

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya (Q.S Al-Hijr :15 : 9)

            Ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an benar-benar telah dijaga oleh Allah dari berbagai macam penyimpangan. Baik dari segi bahasa maupun huruf-hurufnya. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa al-Qur’an ini sudah final daari berbagai macam aspeknya.
            Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam tempo kurang lebih dua puluh tiga tahun, sepuluh tahun di Makkah dan tiga belas tahun di Madinah. Dalam proses pewahyuan, al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab baik dari segi makna maupun lafadznya. Sebagaimana diketahui bahwa nabi adalah seorang ummi dalam artian, tidak bisa membaca dan menulis. Ketika al-Qur’an diturunkan, Nabi langsung memanggil para sahabat unntuk menulis wahyu tersebut. Tentu pada masa itu masih belum ada mesin cetak, sehingga para sahabat terpaksa menulis diatas Pelepah kurma, tulang belulang, kulit binatang dan sebagainya.
             Perkembangan pembukuan al-Qur’an semakin pesat dari masa ke masa, mulai dari pengumpulan tulisan milik sahabat pada masa khalifah Abu Bakar ra. sampai pembuatan  mushaf  pertama pada masa khalifah Utsman Bin Affan. Mulai dari penulisan dengan tangan hingga sampai pada masa percetakan.
Sejarah percetakan al-Qur’an di dunia kurang mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari minimnya buku yang membahas tentang sejarah percetakan al-Quran ini. Muzaffar Iqbal, kontributor dalam Encyclopedy of Quran, mengatakan bahwa peranan tokoh muslim dalam membahas hal ini hanya berkisar 20% sedangkan 80% sisanya adalah sarjana-sarjana barat. Pembahasan tentang percetakan ini amat sulit ditemui dalam referensi-referensi ulumul qur’an, meskipun ada itu hanya potongan atau segelintir saja.  Informasi mengenai hal tersebut seperti dalam buku Subhi as-Shalih Mabaahits fii Uluum al-Qur’an hanya memaparkan sedikit informasi tentang percetakan al-Qur’an dan tidak dilengkapi dengan penjelasan yang detail.
Hamam Faizin, dosen UIN Syarif Hidayatullah, dalam satu kesempatan mengungkapkan alasan mengapa para sarjana Ulum al-Quran tidak terlalu fokus pada pembahasan percetakan ini. Menurut beliau para sarjana muslim tampaknya lebih serius membahas sejarah teks al-Qur’an baik mengenai penulisan, kodifikasi maupun qiraat, guna menjaga keotentikan al-Qur’an.Para sarjana menganggap percetakan tidak terkait dengan masalah otentitas sehingga mereka tidak terlalu mempermasalahkannya.
Pada dasarnya, pembicaraan mengenai percetakan ini pun perlu untuk dikaji. Dengan mengetahui sejarah percetakan, seorang dapat memahami motif apa yang ada  dibalik percetakan tersebut. Dan dengannya kita dapat memahami dan mengetahui secara pasti akan keotentikan kitab suci yang sampai ke tangan kita saat ini.
Berbicara mengenai percetakatan al-Qur’an ini, maka kita tidak akan pernah lepas dengan Barat. Karena dibaratlah untuk pertama kalinya dilakukan percetakan ini. Sehingga pembahasan tentang percetakan akan terkait erat dengan sejarah percetakan al-Qur’an di Barat. Pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba untuk sedikit mengulas tentang sejarah percetakan al-Qur’an di barat.
Penulis amat menyadari bahwa dalam penulisan ini akan banyak didapati kesalahan dan kekurangan disebabkan minimnya referensi dan intelektual penulis sendiri. Karena itu, kritik dan saran amat penulis harapkan demi kebaikan di masa yang akan datang.

     B.   Percetakan Awal al-Qur’an

Sebenarnya  jauh sebelum al-Qur’an di cetak dengan menggunakan tulisan arab, al-Qur’an telah di terjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa. Terjemahan al-Qur’an lengkap yang pertama ialah dengan menggunakan bahasa latin. Terjemahan ini dilakukan di Toledo oleh Robert of Ketton[1] atas permintaan Peter the Venerable, kepala biara Cluny.
Sebagaimana telah didapati informasi dari berbagai sumber yang mengatakan bahwa Al-Qur’an dicetak untuk pertama kalinya di Venisia[2]. Orang yang pertama kali mencetak al-Qur’an adalah Paganino dan Alessandro Paganini (1537 / 1538 M) namun, al-Qur’an yang dicetak oleh mereka berdua tidak diketahui keberadaannya akan tetapi copy dari Qur’an yang di cetak di venisia ini ditemukan di perpustakaan Fransiscan Friars of San Michele di Isola, Venisia oleh seorang sarjana Itali, Angelina Nouvo.[3]
Percetakan yang dilakukan oleh paganino dan Paganini ini bertujuan untuk di ekspor ke kerajaan turki usmani, tetapi orang-orang usmani tidak mau menerima al-Qur’an tersebut disebabkan beberapa alasan. Diantaranya:
1.      Orang-orang turki usmani meyakini bahwa al-Qur’an hanya boleh disentuh oleh orang-orang yang suci (Islam), sedangkan Paganino dan Alessandro Paganini adalah orang kafir (Non-Muslim).Bahkan Jean Bodin (1530-1596) menyatakan dalam salah satu karangannya yaitu Colloquium Heptaplomeres bahwa orang-orang turki usmani memotong tangan kanan Alessandro dan merusak seluruh cetakannya.
2.      Al-Qur’an yang dicetak di Venisia ini memiliki banyak kekurangan atau kesalahan yang dapat mengurangi makna al-Qur’an.[4]

C.                 Percetakan Al-Qur’an di Hamburg

 Percetakan al-Qur’an selanjutnya dilakukan di Hamburg oleh Abraham Hinckelmann pada tahun 1694. Empat tahun selanjutnya  percetakan ini  diikuti dengan adanya percetakan al-Qur’an edisi teks arab lengkap dengan tejemah dalam bahasa latin oleh Ludovico Marcaci. Al-Qur’an ini diberi nama Alcuranus Textus Universus.
Menurut Gustav Flugel, kebanyakan al-Quran yang dipakai adalah edisi Arab. Hal ini  pertama kali nampak pada tahun 1843 kemudian diikuti dengan penerbitan pada tahun 1841, 1855, 1867, 1870, 1881 dan 1893. Al-Qur’an edisi ini telah banyak digunakan oleh sarjana barat sampai diproduksi teks yang baru di Dunia Islam setelah Perang Dunia I.[5]


D.                Percetakan AL-Qur’an di St. Petersburg

Percetakan al-Qur’an edisi  St. Petesrburg mendapat perlindungan dari Ratu Chaterina II. Percetakan ini di lakukan pada tahun 1787, 1789, 1790, 1793, 1796 dan 1798. Menurut Sarkis, pada tahun 1801  terjadi  percetakan al-Qur’an pertama di Volga, Kazan. Sedangkan menurut Schnurrer, percetakan itu terjadi pada tahun 1803. Perbedaan pendapat ini mungkin terjadi karena penemuan mesin cetak oleh Tsar Pavel I pada tahun 1801. Dan pendapat yang lebih tepat ialah pendapat yang pertama. Perpustakaan Princeton University menyebutkan bahwa cetakan  ini diterbitkan oleh  Tabkhānah-yi Sayyidāt-i Kazān.
Semenjak 1842, percetakan di St. Petersburg dilakukan setiap tahun dengan menggunakan mesin cetak yang berbeda-beda. Motif al-Qur’an  percetakan tersebut seperti motif  percetakan  yang ada di Asia dan  percetakan milik  Rahīmjān Saīd Ugli. Pada  tahun 1905, di St. Petersburg telah di cetak al-Qur’an dengan ukuran yang besar untuk ditunjukkan kepada Pemerintah pada saat itu.[6]

E.                 Percetakan Al-Qur’an di London

Selain di Venisia, Hamburg dan St. Petersburg, al-Qur’an juga di cetak di London, Inggris, yaitu pada tahun 1833 dan diikuti tahun 1871 dan 1875. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an yang ada di Perpustakan Harvad University, Amerika. Al-Qur’an yang ada di sini yaitu al-Quran cetakan London tahun 1845 dan 1848.[7]

F.                 Percetakan Al-Qur’an di Leipzig

Al-Qur’an dicetak dan diterjeamhkan oleh orientalis jerman yang bernama Gustav Flugel dengan judul Corani Texn Arabicus pada tahun 1834 di Leipzig. Pada cetakan kali ini dilengkapi dengan pedoman penggunaan. Cetakan edisi leipzing ini dikenal juga dengan Fugel Edition.
   Al-Qur’an terjemahan Flugel ini menjadi dasar bagi penelitian al-Qur’an berikutnya dan menjadi dasar sejumlah terjemah ke dalam bahasa eropa yang lain. Edisi ini dicetak lagi pada tahun 1841, 1855, 1867, 1870 dan 1893. Para sarjana barat menggunakan al-Qur’an cetakan Leipzig ini hingga percetakan tersebar sampai ke  dunia islam secara luas yaitu hingga akhir Perang Dunia I. Namun, al-Qur’an edisi ini masih memiliki banyak kekurangan terutama pada sistem penomoran surat.

Tulisan ini disusun oleh:
Abdul Halim               : 11531002
Muhammad Anshari   : 11531005
Muhammad Amin       : 11531030
Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits kleas A. Fakultas Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Sejarah Al-Qur’an yang di ampu oleh Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin.






REFERENSI

Departemen Agma RI.  Al-Quran dan Terjemahnya.  Bandung:  PT Syaamil Cipta Media.2005.
McAuliffe, Jane Dammen dkk. Encyclopedia of the Qur’an. Brill. Leiden-Bostom: 2004.
Dijk, Arjan Van. Early Printed Qur’ans: The Dessimmination of the Qur’an in the west. Dalam Journal of Qur’anic Studies, Vol. 7 No: 2, 25 oktober 2005.
Asy-Ayaikh, Syekh Shalih Bin Abdul Aziz Bin Muhammad Ali.Tathawwur Al-Kitab Al-Mushaf Asy-Syarif wa Thiba’ati. Di akses dari http:// www. Qurancomplex.org. di unduh pada tanggl 26 Februari 20012.


[1] Dia adalah seorang sarjana berkewarganegaraan Inggris.
[2] Sarjana arab menyebutnya dengan nama Al-Bunduqiyyah. sebagai contoh bisa di lihat di kitab Tathawwur Al-Kitab Al-Mushaf  Asy-Syarif wa Thiba’ati karya Syekh Shalih Bin Abdul Aziz Bin Muhammad Ali asy-Ayaikh, hlm. 19.
[3] Arjan Van Dijk, Early Printed Qur’ans: The Dessimmination of the Qur’an in the West. Hlm. 1. Dalam Journal of Qur’anic Studies, Vol. 7 No: 2, 25 oktober 2005

[4] Arjan Van Dijk,Early Printed Qur’ans: The Dismsemenation of Qur’an in the West, hal. 2. Dalam Journal of Qur’anic Studies, Vol. 7 No: 2, 25 oktober 2005.
[5] Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia of the Qur’an,( Brill, Leiden-Bostom: 2004), hlm 265.
[6] Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia of the Qur’an, hlm. 266.
[7] Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia of the Qur’an, hlm.

1 komentar: